Cara Verifikasi Claim Technorati

Memasang Claim Kode Technorati pada blog itu sebenarnya gampang, tidak seperti yang saya bayangkan!!
Setelah saya keliling dan tanya ke mbah google, akhirnya tau juga caranya. Baiklah kalau begitu langsung saja ya . . .
Karena saya ini newbie, maka tips memasang claim kode technorati itu untuk para blogger pemula ya . . . kalau ada masukan atau tambahan, langsung comment saja di komentar.

Pertama, daftar dulu di technorati http://technorati.com/blogs/directory/ . Isi form pendaftarannya, setelah terdaftar langsung cek mailnya, untuk verifikasi.
Kedua, Log in di technorati, langsung alihkan pandangan anda ke kanan atas (ada username kalian kan???), klik user name kalian.
Ketiga, tahap ini account kalian terbuka lebah, lalu turun ke bawah dan kebawah lagi. klik tombol claim, masukkan alamat blog kalian, dikolom feed blog isi dengan http://namablog.blogspot.com/feeds/posts/defaul, lengkapi data blog kalian.
Keempat, klik procees to the next step, kemudian tunggu loadingnya . . . .
Kelima, setelah proses loading selesai klik return to profile. Nah di tahap ini kita akan dihadapkan gambar blog kita, lalu klik check claim


Akhirnya kita dapatkan kode verificasi claim technorati seperti ini HP49QXZ7ZKPP (perlu diingat, tiap halaman blog selalu berbeda codenya). Setelah kalian dapatkan code claim technoratinya copas di blog kalian, terserah copas dimana yang penting jangan lupa publikasikan kodenya. Langkah terakhir kembali ke jendela browser claim technorati tadi, lalu klik tombol verify claim token technorati. Selesai !!

Mungkin itu saja yang saya sampaikan, karena pengalaman saya baru sampai di situ, semoga artikel ini bermanfaat buat anda, sukses selalu blogger pemula !!! 
Selengkapnya...

Proposal Penelitian Bahasa


Proposal Penelitian Pengembangan Bahasa

1.   Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah mengungkapkan konteks pengembangan projek dalam masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, uraian perlu diawali dengan identifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, serta dampak yang ditimbulkanoleh kesenjangan-kesenjangan itu. Berbagai alternatif untuk mengatasi kesenjangan itu perlu dipaparkan secara singkat disertai dengan identifikasi faktor penghambat dan pendukungnya. Alternatif yang ditawarkan sebagai pemecah masalah beserta rasionalnya dikemukakan pada bagian akhir dari paparan latar belakang masalah.

2.   Rumusan Masalah
Sebagai penegasan dari apa yang telah dibahas dalam latar belakang masalah, pada bagian ini perlu dikemukakan rumusan spesifik dari masalah yang hendak dipecahkan. Rumusan masalah pengembangan projek hendaknya dikemukakan secara singkat, padat, jelas, dan diungkapkan dengan kalimat pernyataan, bukan dalam bentuk kalimat pertanyaan seperti dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah hendaknya disertai dengan alternatif pemecahan yang ditawarkan serta rasional mengapa alternatif itu yang dipilih sebagai cara pemecahan yang paling tepat terhadap masalah yang ada.

3.   Tujuan Pengembangan
Tujuan pengembangan dirumuskan bertolak dari masalah yang ingin dipecahkan dengan menggunakan alternatif yang telah dipilih. Arahkan rumusan tujuan pengembangan ke pencapaian kondisi ideal seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah.

4.    Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran lengkap tentang karakteristik produk yang diharapkan dari kegiatan pengembangan. Karakteristik produk mencakup semua identitas penting yang dapat digunakan untuk membedakan satu produk dengan produk lain-nya.
Produk yang dimaksud dapat berupa kurikulum, modul, paket pembelajaran, buku teks, alat evaluasi, model, atau produk lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pelatihan, pembelajaran, atau pendidikan. Setiap produk memiliki spesifikasi yang berbeda dengan produk lainnya, misalnya kurikulum bahasa Inggris memiliki spesifikasi yang berbeda jika dibandingkan dengan kurikulum bidang studi lainnya, meskipun di dalamnya dapat ditemukan komponen yang sama.

5.   Pentingnya Pengembangan
Bagian ini sering dikacaukan dengan tujuan pengembangan. Tujuan pengembangan mengungkapkan upaya pencapaian kondisi yang ideal, sedangkan pentingnya pengembangan mengungkapkan argumentasi mengapa perlu ada pengubahan kondisi nyata ke kondisi ideal. Dengan kata lain, pentingnya pengembangan mengungkapkan mengapa masalah yang ada perlu dan mendesak untuk dipecahkan.
Dalam bagian ini diharapkan juga terungkap kaitan antara urgensi pemecahan masalah dengan konteks permasalahan yang lebih luas. Pengkaitan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pemecahan suatu masalah yang konteksnya mikro benar-benar dapat memberi sumbangan bagi pemecahan masalah lain yang konteksnya lebih luas.

6.   Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi dalam pengembangan merupakan landasan pijak untuk menentukan karakteristik produk yang dihasilkan dan pembenaran pemilihan model serta prosedur pengembangannya. Asumsi hendaknya diangkat dari teori-teori yang teruji sahih, pandangan ahli, atau data empiris yang relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan dengan menggunakan produk yang akan dikembangkan.
Keterbatasan pegembangan mengungkapkan keterbatasan dari produk yang dihasilkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya untuk konteks masalah yang lebih luas. Paparan ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan ini disikapi hati-hati oleh pengguna sesuai dengan asumsi yang menjadi pijakannya dan kondisi pendukung yang perlu tersedia dalam memanfaatkannya.

7.   Definisi Istilah
Pada bagian ini dikemukakan definisi istilah-istilah yang khas digunakan dalam pengembangan produk yang diinginkan, baik dari sisi model dan prosedur yang digunakan dalam pengembangan ataupun dari sisi produk yang dihasilkan. Istilah-istilah yang perlu diberi batasan hanya yang memiliki peluang ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai produk. Batasan istilah-istilah tersebut harus dirumuskan seoperasional mungkin. Makin operasional rumusan batasan istilah makin kecil peluang istilah itu ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai.

8.   Sistematika Penulisan
Paparan pada bagian ini dimaksudkan untuk menunjukkan cara pengorganisasian keseluruhan skripsi, tesis, dan disertasi, baik untuk Bagian I, yang memuat kajian analitis, atau-pun Bagian II, yang memuat produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan.

9.   Landasan Teori
Bab ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kerangka acuan komperhensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau dalam mengembangkan produk yang diharapkan. Kerangka acuan disusun berdasarkan kajian berbagai aspek teoretik dan empiris yang terkait dengan permasalahan dan upaya yang akan ditempuh untuk memecahkannya. Uraian-uraian dalam bab ini diharapkan menjadi landasan teoretik mengapa masalah itu perlu dipecahkan dan mengapa cara pengembangan produk tersebut dipilih
Kajian teoretik mengenai model dan prosedur yang akan digunakan dalam pengembangan juga perlu dikemukakan dalam bagian ini, terutama dalam rangka memberikan pembenaran terhadap produk yang akan dikembangkan.
Di samping itu, bagian ini juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah ditempuh oleh ahli lain untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian, upaya pengembangan yang akan dilakukan memiliki landasan empiris yang mantap.

10.  Metode Pengembangan
Metode Pengembangan hendaknya memuat butir-butir (1) model pengembangan, (2) prosedur pengembangan, dan (3) uji coba produk. Dalam butir uji coba produk perlu diungkapkan (a) desain uji coba, (b) subjek uji coba, (c) jenis data, (d) instrumen pengumpulan data, dan (e) teknik analisis data.

a.  Model Pengembangan
Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoretik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis yang memerikan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antarkomponen (misalnya model pengembangan rancangan pengajaran Dick dan Carey, 1985). Model teoretik adalah model yang menunjukkan hubungan perubahan antar peristiwa.
Dalam bagian ini perlu dikemukakan secara singkat struktur model yang digunakan sebagai dasar pengembangan produk. Apabila model yang digunakan merupakan adaptasi dari model yang sudah ada, maka pemilihannya perlu disertai dengan alasan, komponen-komponen yang disesuaikan, serta kekuatan dan kelemahan model itu.
Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka informasi yang lengkap mengenai setiap komponen dan kaitan antarkomponen dari model itu perlu dipaparkan. Perlu diperhatikan bahwa uraian model diupayakan seoperasional mungkin sebagai acuan dalam pengembangan produk.

b. Prosedur Pengembangan
Bagian ini memaparkan langkah-langkah prosedural yang ditempuh oleh pengembangan dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan. Apabila model pengembangannya adalah prosedural, maka prosedur pengembangannya tinggal mengikuti langkah-langkah seperti yang terlihat dalam modelnya. Model pengembangan juga bisa berupa konseptual atau teoretik. Kedua model ini tidak secara langsung memberi petunjuk tentang bagaimana langkah prosedural yang dilalui sampai ke produk yang dispesifikasi. Oleh karena itu, perlu dikemukakan lagi langkah proseduralnya.

c. Uji coba produk
Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan.
Dalam bagian ini secara berurutan perlu dikemukakan desain uji coba, subyek uji coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

1)  Desain Uji Coba
Secara lengkap, uji coba produk pengembangan biasanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu uji perseorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Dalam kegiatan pengembangan, pengembang mungkin hanya melewati dan berhenti pada tahap uji perseorangan, atau dilanjutkan dan berhenti sampai tahap uji kelompok kecil, atau sampai uji lapangan. Hal ini sangat tergantung pada urgensi dan data yang dibutuhkan melalui uji coba itu.
Desain uji coba produk bisa menggunakan desain yang biasa dipakai dalam penelitian kuantitatif, yaitu desain deskriptif atau eksperimental. Yang perlu diperhatikan adalah ketepatan memilih desain untuk tahapan tertentu (perseorangan, kelompok kecil, atau lapangan) agar data yang dibutuhkan untuk memperbaiki produk dapat diperoleh secara lengkap.

2)   Subjek Uji Coba
Karakteristik subjek uji coba perlu diidentifikasi secara jelas dan lengkap, termasuk cara pemilihan subjek uji coba itu. Subjek uji coba produk bisa terdiri dari ahli di bidang isi produk , ahli di bidang perancangan produk, dan/atau sasaran pemakai produk. Subjek uji coba yang ahli di bidang isi produk dapat memiliki kualifikasi keahlian tingkat S1 (untuk skripsi), S2 (untuk tesis), dan S3 (untuk disertasi). Yang penting setiap subjek uji coba yang dilibatkan harus disertai identifikasi karekteristiknya secara jelas dan lengkap, tetapi terbatas dalam kaitannya dengan produk yang dikembangkan.
Teknik pemilihan subjek uji coba juga perlu dikemukakan agak rinci, apakah menggunakan teknik rambang, rumpun, atau teknik lainnya yang sesuai.

3)  Jenis Data
Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan. Dalam konteks ini sering pengembang tidak bermaksud mengumpulkan data secara lengkap yang mencakup ketiganya. Bisa saja, sesuai dengan kebutuhan pengembangan, pengembang hanya melakukan uji coba untuk melihat daya tarik dari suatu produk, atau hanya untuk melihat tingkat efisiensinya, atau keduanya. Keputusan ini tergantung pada pemecahan masalah yang telah ditetapkan di Bab I: apakah pada keefektifan, efisiensi, daya tarik, atau ketiganya.
Penekanan pada efisiensi suatu pemecahan masalah akan membutuhkan data tentang efisiensi produk yang dikembangkan. Begitu pula halnya dengan penekanan pada keefektifan atau daya tarik. Atas dasar ini, maka jenis data yang perlu dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi apa yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan itu.
Paparan mengenai jenis data yang dikumpulkan hendaknya dikaitkan dengan desain dan pemilihan subjek uji coba. Jenis data tertentu, bagaimanapun juga, akan menuntut desain tertentu dan subjek uji coba tertentu. Misalnya, pengumpulan data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan secara perseorangan dari ahli isi, atau secara kelompok dalam bentuk seminar kecil, atau seminar yang lebih luas yang melibatkan ahli isi, ahli desain, dan sasaran pemakai produk.

4)  Instrumen Pengumpulan Data
Bagian ini mengemukakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti yang sudah dikemukakan dalam butir sebelumnya. Jika mengunakan instrumen yang sudah ada, maka perlu ada uraian mengenai karakteristik instrumen itu, terutama mengenai keshahihan dan keterandalannya. Apabila instrumen yang digunakan dikembangkan sendiri, maka prosedur pengembangannya juga perlu dijelaskan.

5)  Teknik Analisis Data
Teknik dan prosedur analisis yang digunakan untuk menganali-sis data uji coba dikemukakan dalam bagian ini dan disertai alasannya. Apabila teknik analisis yang digunakan sudah cukup dikenal, maka uraian tidak perlu rinci sekali. Akan tetapi, apabila teknik tersebut belum banyak dikenal, maka uraian perlu lebih rinci.

11. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.
Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:
1.    nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,
2.      tahun penerbitan
3.      judul, termasuk subjudul
4.      kota tempat penerbitan, dan
5.      nama penerbit.

Selengkapnya...

Proposal Penelitian Kajian Pustaka


Sebagai pelajar kita pasti pernah menulis proposal penelitian kajian pustaka.
Iya toh??? enah toh??? manteb toh???
hohoohoohooo . . . . kaya mbah surip aja

Dalam menulis penelitian kajian pustakan hendaknya kita harus mengetahui latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan dari penelitian itu sendiri serta menambahkan tujuan dan kegunaan dari hasil penelitian (kalau diperlukan). Setelah hal tersebut di atas sudah terpenuhi barulah kita menginjak ke metode kajiannya, jangan sampai lupa catat istilah-istilah yang ada pada judul penelitiannya kemudian cari definisi dari istilah tersebut. Adapun kita harus menambahkan daftar rujukan atau daftar pustaka yang kita gunakan dalam mencari teori-teori yang berhubungan dengan penelitian kita.
  
Latar Belakang Masalah
Bagian ini berisi uraian atau gambaran umum yang dapat diperoleh dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Gambaran umum ini dapat bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun bersifat tidak mendukung atau menolak harapan peneliti. Selain itu juga dipaparkan uraian pemantapan terhadap pemahaman masalah, misalnya mengapa masalah yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah. 

Rumusan Masalah
Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa masalah yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung berbagai publikasi yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, yang mencakup aspek yang dikaji, konsep-konsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan masalah yang akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.
Selanjutnya dituliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya), yang memuat variabel/hubungan antarvariabel yang akan dikaji. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, sejauh mana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup masalah yang akan dibahas. 

Tujuan Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja. 

Kegunaan Penelitian
Bagian ini memberikan gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Sebagai contoh adalah mengkaji kehidupan orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana usaha mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang sekarang dianggap sebagai hal yang biasa saja.

Metode Kajian
Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini dapat dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir. Selanjutnya dilakukan analisis masalah dan variabel yang terdapat dalam judul kajian. Analisis masalah menghasilkan variabel dan hubungan antarvariabel. Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antarvariabel. Analisis ini diperlukan untuk menyusun alur berpikir dalam memecahkan masalah.
Perlu ditekankan bahwa tulisan tentang metode kajian hendaknya didasarkan atas kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip,hukum, postulat, dan asumsi keilmuan yang relevan dengan masalah yang dibahas. 

Definisi Istilah
Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian, misalnya alat peraga, sekolah, alat ukur, lokasi atau tempat, nilai, sikap, penghasilan, keadaan atau kondisi, keadaan sosial ekonomi, status, dan sebagainya. 

Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.  

Mungkin, postingan di atas dapat sedikit membantu bagi rekan-rekan yang sedang mencari proposal penelitian kajian pustaka.

Selamat berjuang !!
Selengkapnya...

Tips Menulis Prosa Cerpen

Cerpen jelas sangat sering didengar oleh telinga kita bukan . . . tapi taukah bahwa hakikat dari cerpen itu sendiri apa??? hayo siapa yang belum tau cerpen itu apa?? tolong, dibantu ya dibantu ya . . . prok prok prok, (hoohoohoo, kaya . . . .)

Baiklah sebelum kita beranjak ke tips menulis cerpen, ada baiknya kita mengetahui dulu apa hakikat cerpen dan apa saja unsur pembangun dalam sebuah cerpen itu sendiri.Cerpen merupakan salah satu ganre sastra yang berbentuk prosa atau fiksi, dimana di dalamnya terdapat unsur pembangun cerita yaitu tema, alur cerita, penokohan, setting dan latar.
nah, udah taukan apa itu cerpen??? langsung yak . . . langsung yak . . .
Okay langsung ke tips menulis cerpen ya,
Tips menulis cerpen yang pertama, tentukan dulu tema atau gagasan yang akan diangkat dalam sebuah cerita yang hendak ditulis. Tema ini nantinya akan menjadi pembatas bila saja tulisan kita melenceng ke lain arah.
Tips menulis cerpen yang kedua, tentukan alurnya. Maksudnya, alur itu merupakan jalannya suatu cerita dari awal pembukaan cerita ke klimaks alias datangnya permasalahan/ konflik sampai penyelesaian masalah atau hasil akhirnya untuk menyelesaikan suatu cerita.
Tips menulis cerpen yang ketiga,  tentukan jumlahnya tokoh dan penokohannya serta dukung dengan pemilihan kata yang digunakan untuk berdialog atau percakapan dari si tokoh itu sendiri.
Tips menulis cerpen yang keempat, setting latar dan waktu.  Latar merupakan tempat terjadinya suatu peristawa dalam suatu cerita dan jangan lupa tentukan waktu yang tepat dalam isi ceritanya, buat sebaik mungkin sesuai dengan tema yang diambil.
Tips menulis cerpen yang kelima, mulailah bercerita dengan sepenggal kisah yang singkat karena cerpen merupakan bacaan yang selesai dibaca dalam sekali duduk.
Tips menulis cerpen yang terakhir, jika sudah selesai membuat ceritanya jangan lupa periksa dan teliti kembali pekerjaannya, apakah tanda baca dan ejaannya sudah benar.

Nah, mungkin itu saja dulu ya . . . Selamat mencoba !!
udah ngantuk ni, mau istirahat dulu. bye . . .
Selengkapnya...

Ciri Hakiki Bahasa

Ciri hakiki bahasa, , , , , ,  benar!!!
Kali ini mari kita menguak sebenarnya apa bahasa itu??? dan seperti apa ciri bahasa itu??

Ada yang tau apa itu bahasa??? kalau sudah tau, silakan beri masukan, bagi yang belum mari kita pelajari sedikit tentang ciri hakiki bahasa.
sambil mengingat, bahasa itu merupakan obyek dari ilmu linguistik sedangkan linguistik merupakan ilmu tentang bahasa, jadi linguistik dan bahasa selalu berhubungan erat.
Ok, langsung ya . . .

Linguistik mendekati bahasa, yang menjadi obyek kajiannya, bukan sebagai apa-apa melainkan hanya sebagai bahasa. Pendekatan bahasa sebagai bahasa ini, dapat dijabarkan dalam sejumlah konsep atau dalam ciri hakiki bahasa.

Ciri hakiki bahasa yang pertama,  karena bahasa adalah bunyi ujaran, maka linguistik melihat bahasa sebagai bunyi.
Artinya, bagi linguistik bahsa lisan adalah yang primer, sedangkan bahasa tulis hanya sekunder. Dalam studi bahasa secara tradisional, yang tidak mendekati bahasa seperti linguistik modern, biasa kita dapati pernyataan seperti "Kalimat adalah susunan kata yang teratur yang dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik". Jadi konsep bunyi atau lambang bahasa adalah huruf.

Ciri hakiki bahasa kedua, karena bahasa itu bersifat unik, maka linguistik tidak berusaha menggunakan kerangka suatu bahasa untuk dikenakan pada bahasa lain. Misalnya, dulu banyak ahli bahasa yang meneliti bahasa-bahasa di Indonesia dengan menggunakan kerangka atau konsep yang berlaku dalam bahasa Latin, Yunani, atau Arab, sehingga kita sekarang mewarisi konsep-konsep yang tidak cocok untuk bahasa-bahasa di Indonesia. Adapun konsep kata majemuk, konsep tekanan kata, dan konsep artikulus. Pendekatan terhadap bahasa yang dilakukan oleh para peneliti dahulu tidak melihat bahwa setiap bahasa mempunyai keunikan atau ciri khasnya masing-masing meskipun diakui ada juga kesamaan sistem antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.

Ciri hakiki yang ketiga, karena bahasa adalah suatu sistem, maka linguistik mendekati bahasa bukan sebagai kumpulan unsur yang terlepas, melainkan sebgai kumpulan unsur yang satu dengan lainnya mempunyai jaringan hubungan.

Ciri hakiki yang keempat, karena bahasa itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainnya, maka linguistik memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang dinamis.

Ciri hakiki yang kelima, karena sifat empirisnya, maka linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara preskriptif. Artinya yang penting dalam linguistik adalah apa yang sebenarnya diungkapkan oleh seseorang (sebagai data empiris) dan bukan apa yang menurut si peneliti seharusnya diungkapkan.

Akhrinya, selesai juga nulisnya. hehehehe . . . .
hal di atas merupakan lima ciri hakiki bahasa dan penjelasannya sudah saya sertakan walau sedikit, mungkin kalau ada yang belum jelas, bisa ditanyakan atau koment aja ya . . . .
Selengkapnya...

Hakikat Linguistik Umum

Kemarin kita membahas tentang hubungan bahasa dan linguistik, dimana linguistik merupakan ilmu tentang bahasa dan bahasa merupakan obyek dari kajian linguistik itu sendiri.

Nah, pada kesempatan ini saya akan menjelaskan hakikat atau pengertian dari linguisitk secara umum atau dalam bahasa profesionalnya disebut sebagai linguistik umum.
Ok, langsung saja . . .
Pada hakikatnya ilmu linguistik dengan linguistik umum adalah sama dan merupakan satu kesatuan, karena hakikat dari linguistik umum itu sendiri yaitu ilmu yang tidak hanya mengkaji bahasa saja, melainkan juga mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya.
Maksudnya, linguistik umum itu adalah ilmu yang luas. Bayangkan saja, semantik masuk dalam cabang linguistik umum, ada juga semiotik, fonologi, morfologi, psikolinguistik dan masih banyak lagi. Contoh lugasnya, seorang ahli psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai gejala pelahiran kejiwaan, sedangkan ilmuan fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam, yakni sebagai gelombang bunyi yang merambat dari mulut pembicara ke telinga si pendengar. Ahli jurnalistik sangat perpegang teguh pada ilmu dan cabang linguistik untuk menopang penulisannya dalam membuat suatu berita baik itu ejaannya maupun pemilihan katanya.

Sebagai ilmu, linguistik juga sudah mempunyai sejarah yang panjang. Selain itu, berbagai pendapat dan pandangan yang berbeda juga menyemarakkan studi linguistik umum itu sendiri.

Nah, penjelasan di atas hanya merupakan secuil ilmu yang bisa saya curahkan. Untuk lengkapnya silakan saya pelajari buku tentang linguistik umum.
Terima kasih . . .

Selengkapnya...

Antara Bahasa dan Linguistik

Sebagai warga negara indonesia, tentu kita bangga dengan adanya bahasa yang menjadi alat pererat antar suku. Bahasa indonesia itu secara umum sudah menjadi kemajemukan seluruh masyarakat indonesia, karena bahasa satu yaitu bahasa indonesia, bahasa yang patut dan wajib kita cintai dan kita jaga kelestariannya.
Bahasa dan linguistik selalu berhubungan erat dan selalu berkesinambungan. Setiap orang dalam kesehariannya pasti selalu menggunakan  bahasa sebagai satu-satunya sumber komunikasi, entah itu masyarakat umum, guru bahasa, penerjemah bahkan sampai kepengarang dan penyusun kamus pun.

Lingusitik, secara umum disebut juga sebagai ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. (1-2: abdul chaer, Linguistik umum 2007)
Bahasa, bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang arbiter, dimana selalu digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, percakapan (perkataan) yang baik, sopan dan santun.

Jadi linguistik itu sendiri takkan terpisahkan oleh bahasa, baik itu secara lisan maupun dalam bentuk tulis, karena linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa dan bahasa itu sendiri obyek yang di pelajari dalam ilmu linguistik baik itu secara umum maupun khusus.
Selengkapnya...
 

Bahasa Sastra Indonesia | Copyright © 2009 | Designed by bahasa sastra indonesia